Cerpen Pertama
Kini aku
masih mengabaikannya, rasa sakit yang menyerang kaki kiriku, setiap sakit itu
muncul, rasanya lebih baik aku tidur. Dan aku pikir setelah bangun, sakit itu
akan hilang, tapi tidak jarang pula sakit itu tetap tidak hilang,. Aku tidak
pernah menceritakan hal ini pada orang tuaku, aku pikir ini pasti tidak terlalu
penting bagi mereka.
Semain hari,
sakit ini semakin menjadi, Tuhan... kakiku tidak akan kenapa-kenapa kan? Aku
tidak berani memeriksakan kakiku sendiri kedokter, aku takut... Disaat seperti
ini, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan, kakiku sedang sakit, tidak ada
yang menarik bagiku untuk aku lakukan.. biasanya, aku akan menghubungi Dayu,
menceritakan banyak hal, bercanda, atau kadangkadang membantunya mengerjakan
PR.
Ya.... Dayu,
Entah apa
yang aku rasakan, Aku menyayanginya, Entahlah...
Aku hanya
merasa dia persis dengan seseorang yang aku kenal, Adit. Tapi Adit sudah tiada
2 tahun yang lalu,.. Adit cinta pertamaku, Aku pertama bertemu dengannya saat
menonton pertandingan basket dimana dia adalah salah satu pemainnya. Dia sangat
mahir bermain bola basket, Dan entah mengapa, aku merasakan perasaan yang lain
dihatiku, selain rasa kagumku padanya.
Dan hari
itu, hari paling berat yang harus aku jalani, aku mendengar dia meninggal, Oh
Tuhan.... Tak Bisakah Engkau membiarkan aku melihat senyumnya dari jauh
lebihlama lagi?? Ya.. Itulah yang berani aku lakukan, memandang dari jauh.
Setelah 2 tahun sejak kematiannya, masih tidak ada yang bisa menggantikannya
dalam hatiku. Saat pertama kali melihat Dayu, aku langsung teringat Adit,
memang apabila dilihat langsung jelas berbeda, tapi Dayu memiliki kesamaan
dengan Adit yang tidak bisa aku jelaskan.
Ya Tuhan..
Sakit ini kembali muncul, lebih sakit dari biasanya. Aku menjerit,
Lalu
semuanya gelap.
Aku
terbangun saat aku merasakan angin semilir sejuk yang menerpa wajahku, halus
sekali kurasa. Aku bangun dari posisiku yang tadinya berbaring. Aku menoleh
kebelakang, Ya Tuhan.. Jika memang Engkau tidak menghendakiku untuk bisa hidup
bersama Adit, aku mohon jangan siksa aku seperti ini. Bermimpi bersama dengan
Adit dan melihatnya tersenyum kearahku. Tapi aku merasa ini bukan mimpi, aku
merasakan suasana yang berbeda. Senyum Adit itu, terlihat begitu nyata, Ya..
Aku tidak mungkin salah lihat, Adit memang sedang tersenyum kepadaku sekarang.
Aku yakin sekali. Aku membalas senyumannya. Tapi aku merasakan ada sesuatu hal
yang aneh. Entahlah, aku juga kurang yakin, tapi tempat aku dan Adit berada
saat ini benarbenar aneh, diselimuti cahaya putih yang terang.Aku tidak tahu
darimana datangnya, Sekilas aku melihat kebawah, aku terkesiap. Tidak mungkin,
aku melayang??
Tidak
mungkin, mustahil sekali.
Disana,
dibawah, aku melihat kerumunan orang mengelilingi sesuatu. Aku mendekat, aku
melihat Ayah??? Ibu??? sedang apa mereka?? mengapa mereka berpakaian hitamhitam
seperti itu? Mengapa ibu menangis? Tidak.. Bukan hanya ayah dan ibu yang hadir
disini, ada banyak. Keluarga besarku, sahabatsahabatku, temanteman sekolah,
guru, bahkan tetanggaku. Kenapa aku Tuhan??
Sekilas aku melihat batu nisan yang tergeletak ditanah dan
dibatu nisan itu, tertulis namaku?
Ya Tuhan.. Apa yang terjadi ini? Aku menangis, melupakan
tempat aneh itu, melupakan angin sejuk itu, melupakan Adit..
Apa aku
sedang bermimpi? Bangunkan aku Tuhan, ini benarbenar mimpi buruk, aku mohon..
Tapi siasia saja, ini bukan mimpi. Aku ingat, malam itu, walaupun aku pingsan,
samarsamar aku mendengar suara panik ayah dan ibuku, mereka segera membawa aku
ke rumah sakit.Dokter menyatakan bahwa aku terserang penyakit kangker tulang,
dan mereka yakin bahwa gejalanya pasti telah lama muncul, karena telah sampai
stadium akhir. Setelah lama koma, aku dinyatakan telah tiada.
Ya Tuhan,
kalau pun itu takdirmu, aku mohon, Jangan kau biarkan orangorang yang aku
sayangi berduka dan bersedih seperti itu,..
Pemakaman
dimulai, ayak dan ibu menangis, tidak, semua teman dan Dayu juga menangis,
Mereka semua.. terima kasih.. Setelah semuanya selesai, Aku menyaksikan pelayat
meninggalkan tempat pemakaman ini. Tinggal ayah, ibu, Dayu, sahabat sahabatku,
dan beberapa teman sekolahku. Mereka semua menangis. Sesaat, aku merasa tubuhku
terangkat keatas, Oh Tuhan... Aku mohon, Tolong jangan sekarang..Aku masih
ingin bersama dengan orangorang yang aku sayang..Aku mohon..
Tapi tubuhku
tidak berhenti,
Ayah..
Maaf.. Aku belum sempat mengabulkan segala harapanmu atasku selama ini, Maaf
Ayah.. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk membalas kasih sayangmu
kepadaku selama ini, Terima kasih Ayah.. Jangan lupakan aku..
Ibu, aku
tidak pernah membuatmu bangga memiliki anak sepertiku, Aku hanya bisa membuatmu
susah, Maaf Ibu. Aku bukanlah anak yang pantas untuk ditangisi, Jangan menangis
ibu..
Terima kasih telah melahirkanku dan merawatku sejak kecil.
Aku menyayangimu, sangat menyayangimu..
Dayu.. Aku, .. Sangat menyayangimu.
aku tidak tahu apakah kasih sayang ini adalah kasih sayang sebagai seorang
sahabat atau lebih. Aku tidak pernah mengerti.. Maaf terlalu sering
menyusahkanmu, Terima kasih telah menjadi teman yang begitu baik bagiku selama
ini. Satu hal.. Jika aku masih hidup, aku pasti bahagia sekali melihatmu
menangisiku seperti itu, karena itu
artinya kau juga menyayangiku. Terima kasih atas semuanya, Selamat tinggal..
Sahabat sahabatku,
aku sangat menyayangi kalian, maaf aku tidak pernah menceritakan sakitku kepada
kalian, aku hanya tidak ingin kalian menghawatirkan aku, Maaf.. aku harap
kalian tidak pernah melupakanku.
Teman
teman semua, Terima kasih.. Kalian teman teman terbaik didunia.. Aku beruntung
mempunyai teman teman seperti kalian. Sangat beruntung.. Maafkan segala
kesalahanku, Semoga kalian selalu mengingatku,
Selamat
tinggal semua.. Ayah, Ibu, Dayu, sahabat dan teman teman semua. Aku mohon
jangan pernah lupakan aku. Aku selalu menyayangi kalian.
END
Komentar
Posting Komentar